Bantuan Kemanusiaan

D.Savio Search Engine

Monday, June 28, 2010

Sometimes We Just Don't Understand (Isaiah 55:8-9)


"For my thoughts are not your thoughts,
neither are your ways my ways,"
declares the LORD.

"As the heavens are higher than the earth,
so are my ways higher than your ways
and my thoughts than your thoughts.


Regards,
Ferdy D. Savio

Wednesday, June 23, 2010

"Dia tidak berbicara dengan siapa - siapa kecuali dg Tuhan "


Cerita di bawah ini mengingatkan kita untuk semakin dan mencintai lebih dalam kepada Tuhan. ( Diambil dari cerita nyata..)

Ada seorang bocah kelas 4 SD di suatu daerah di Milaor Camarine Sur, Filipina, yang setiap hari mengambil rute melintasi daerah tanah yang berbatuan dan menyeberangi jalan raya yang berbahaya dimana banyak kendaraan yang melaju kencang dan tidak beraturan.

Setiap kali berhasil menyebrangi jalan raya tersebut, bocah ini mampir sebentar ke Gereja tiap pagi hanya untuk menyapa Tuhan, sahabatnya.


Tindakannya ini selama ini diamati oleh seorang Pendeta yang merasa terharu menjumpai sikap bocah yang lugu dan beriman tersebut.

"Bagaimana kabarmu, Andy? Apakah kamu akan ke Sekolah?"

"Ya, Bapa Pendeta!" balas Andy dengan senyumnya yang menyentuh hati Pendeta tersebut.

Dia begitu memperhatikan keselamatan Andy sehingga suatu hari dia berkata kepada bocah tersebut, "Jangan menyebrang jalan raya sendirian, setiap kali pulang sekolah, kamu boleh mampir ke Gereja dan saya akan memastikan kamu pulang ke rumah dengan selamat."

"Terima kasih, Bapa Pendeta."

"Kenapa kamu tidak pulang sekarang? Apakah kamu tinggal di Gereja setelah pulang sekolah?"

"Aku hanya ingin menyapa kepada Tuhan.. sahabatku."

Dan Pendeta tersebut meninggalkan Andy untuk melewatkan waktunya di depan altar berbicara sendiri, tetapi pastur tersebut bersembunyi di balik altar untuk mendengarkan apa yang dibicarakan Andy kepada Bapa di Surga.


"Engkau tahu Tuhan, ujian matematikaku hari ini sangat buruk, tetapi aku tidak mencontek walaupun temanku melakukannya. Aku makan satu kue dan minum airku. Ayahku mengalami musim paceklik dan yang bisa kumakan hanya kue ini.
Terima kasih buat kue ini, Tuhan! Tadi aku melihat anak kucing malang yang kelaparan dan aku memberikan kueku yang terakhir buatnya.. lucunya, aku jadi tidak begitu lapar.

Lihat ini selopku yang terakhir. Aku mungkin harus berjalan tanpa sepatu minggu depan.Engkau tahu sepatu ini akan rusak, tapi tidak apa-apa..paling tidak aku tetap dapatpergi ke sekolah. Orang-orang berbicara bahwa kami akan mengalami musim panen yang susah bulan ini, bahkan beberapa dari temanku sudah berhenti sekolah, tolong


Bantu mereka supaya bisa bersekolah lagi. Tolong Tuhan.

Oh, ya..Engkau tahu kalau Ibu memukulku lagi. Ini memang menyakitkan, tapi aku tahu sakit ini akan hilang, paling tidak aku masih punya seorang Ibu.


Tuhan, Engkau mau lihat lukaku??? Aku tahu Engkau dapat menyembuhkannya, disini..disini. aku rasa Engkau tahu yang ini kan....??? Tolong jangan marahi ibuku, ya..?? dia hanya sedang lelah dan kuatir akan kebutuhan makan dan biaya sekolahku..itulah mengapa dia memukul aku.

Oh, Tuhan..aku rasa, aku sedang jatuh cinta saat ini. Ada seorang gadis yang sangat cantik dikelasku, namanya Anita. menurut Engkau, apakah dia akan menyukaiku?? ? Bagaimanapun juga paling tidak aku tahu Engkau tetap menyukaiku karena aku tidak usah menjadi siapapun hanya untuk menyenangkanMu. Engkau adalah sahabatku.

Hei.ulang tahunMu tinggal dua hari lagi, apakah Engkau gembira??? Tunggu saja sampai Engkau lihat, aku punya hadiah untukMu. Tapi ini kejutan bagiMu.

Aku berharap Engkau menyukainya. Oooops..aku harus pergi sekarang."

Kemudian Andy segera berdiri dan memanggil Pendeta .


"Bapa Pendeta..Bapa Pendeta..aku sudah selesai bicara dengan sahabatku, anda bisa menemaniku menyebrang jalan sekarang!"

Kegiatan tersebut berlangsung setiaphari, Andy tidak pernah absen sekalipun.

Pendeta Agaton berbagi cerita ini kepada jemaat di Gerejanya setiap hari Minggu karena dia belum pernah melihat suatu iman dan kepercayaan yang murni kepada Tuhan.. suatu pandangan positif dalam situasi yang negatif.

Pada hari Natal, Pendeta Agaton jatuh sakit sehingga tidak bisa memimpin gereja dan dirawat di rumah sakit. Gereja tersebut diserahkan kepada 4 wanita tua yang tidak pernah tersenyum dan selalu menyalahkan segala sesuatu yang orang lain perbuat. Mereka juga mengutuki orang yang menyinggung mereka.

Ketika mereka sedang berdoa, Andypun tiba di Gereja tersebut usai menghadiri pesta Natal di sekolahnya, dan menyapa "Halo Tuhan..Aku.. "

"Kurang ajar kamu, bocah!!!tidakkah kamu lihat kalau kami sedang berdoa???!!! Keluar, kamu!!!!!"

Andy begitu terkejut,"Dimana Bapa Pendeta Agaton..??Seharusny a dia membantuku menyeberangi jalan raya. dia selalu menyuruhku untuk mampir lewat pintu belakang Gereja. Tidak hanya itu, aku juga harus menyapa Tuhan Yesus, karena hari ini hari ulang tahunNya, akupun punya hadiah untukNya.."

Ketika Andy mau mengambil hadiah tersebut dari dalam bajunya, seorang dari keempat wanita itu menarik kerahnya dan mendorongnya keluar Gereja.


"Keluar kamu, bocah!..kamu akan mendapatkannya! !!"

Andy tidak punya pilihan lain kecuali sendirian menyebrangi jalan raya yang berbahaya tersebut di depan Gereja. Lalu dia menyeberang, tiba-tiba sebuah bus datang melaju dengan kencang - disitu ada tikungan yang tidak terlihat pandangan. Andy melindungi hadiah tersebut didalam saku bajunya, sehingga dia tidak melihat datangnya bus tersebut. Waktunya hanya sedikit untuk menghindar.dan Andypun tewas seketika. Orang-orang disekitarnya berlarian dan mengelilingi tubuh bocah malang tersebut yang sudah tidak bernyawa lagi.

Tiba-tiba, entah muncul darimana ada seorang pria berjubah putih dengan wajah yang halus dan lembut, namun dengan penuh airmata datang dan memeluk bocah malang tersebut. Dia menangis.

Orang-orang penasaran dengan dirinya dan bertanya,"Maaf tuan..apakah anda keluarga dari bocah yang malang ini? Apakah anda mengenalnya? "

Tetapi pria tersebut dengan hati yang berduka karena penderitaan yang begitu dalam berkata,"Dia adalah sahabatku." Hanya itulah yang dikatakan.

Dia mengambil bungkusan hadiah dari dalam saku baju bocah malang tersebut dan menaruhnya didadanya. Dia lalu berdiri dan membawa pergi tubuh bocah tersebut, kemudian keduanya menghilang. Orang-orang yang ada disekitar tersebut semakin penasaran dan takjub..

Di malam Natal, Pendeta Agaton menerima berita yang sangat mengejutkan.

Diapun berkunjung ke rumah Andy untuk memastikan pria misterius berjubah putih tersebut. Pendeta itu bertemu dengan kedua orang tua Andy.

"Bagaimana anda mengetahui putra anda telah meninggal?"

"Seorang pria berjubah putih yang membawanya kemari." Ucap ibu Andy terisak.

"Apa katanya?"

Ayah Andy berkata,"Dia tidak mengucapkan sepatah katapun. Dia sangat berduka. Kami tidak mengenalnya namun dia terlihat sangat kesepian atas meninggalnya Andy, sepertinya Dia begitu mengenal Andy dengan baik. Tapi ada suatu kedamaian yang sulit untuk dijelaskan mengenai dirinya. Dia menyerahkan anak kami dan tersenyum lembut. Dia menyibakkan rambut Andy dari wajahnya dan memberikan kecupan dikeningnya, kemudian Dia membisikkan sesuatu.

"Apa yang dikatakan?"

"Dia berkata kepada putraku.." Ujar sang Ayah. "Terima kasih buat kadonya.
Ku akan berjumpa denganmu. Engkau akan bersamaku." Dan sang ayah melanjutkan, "Anda tahu kemudian semuanya itu terasa begitu indah.. aku menangis tapi tidak tahu mengapa bisa demikian. Yang aku tahu.aku menangis karena bahagia..aku tidak dapat menjelaskannya Bapa Pendeta, tetapi ketika dia meninggalkan kami, ada suatu kedamaian yang memenuhi hati kami, aku merasakan kasihnya yang begitu dalam di hatiku.. Aku tidak dapat melukiskan sukacita dalam hatiku. aku tahu, putraku sudah berada di Surga sekarang.
Tapi tolong Bapa Pendeta .. Siapakah pria ini yang selalu bicara dengan putraku setiap hari di Gerejamu? Anda seharusnya mengetahui karena anda selalu di sana setiap hari, kecuali pada saat putraku meninggal.

Pendeta Agaton tiba-tiba merasa air matanya menetes dipipinya, dengan lutut gemetar dia berbisik,"Dia tidak berbicara kepada siapa-siapa. .. kecuali dengan Tuhan."
Let's pray,
Ferdy D.Savio

Tuesday, June 22, 2010

One Summer Day


Suatu musim panas dimana hujan belum turun hampir satu bulan lamanya. Tanaman jagung hampir mati. Sapi-sapi tidak menghasilkan susu. Sungai-sungai mengering. Itu adalah musim kering yang cukup parah bahkan ada mungkin sebelum musim panas berakhir banyak dari para petani sudah harus mengalami kebangkrutan. Setiap hari suamiku dan adik laki-lakinya berusaha semaksimal mungkin mengairi ladang kami walau dengan proses yang amat sukar. Dan akhirnya proses ini melibatkan sebuah truk yang harus di bawa ke pabrik penyimpan air setempat dan mengisinya dengan air. Penjatahan air yang ketat membuat banyak orang kesusahan. Kalau hujan tidak turun juga dengan segera kami akan kehilangan segalanya.

Hari itu aku mendapatkan satu pelajaran yang sangat berharga tentang memberi dan aku menyaksikan sendiri mujizat terjadi. Saat sedang di dapur menyiapkan makan siang, aku melihat anak laki-lakiku, Billy, 6 tahun, sedang berjalan ke hutan. Langkahnya tidak seperti anak kecil pada umumnya, sepertinya sedang berjalan dengan satu tujuan yang sangat penting sekali. Aku hanya bisa melihat punggungnya saja.

Dengan upaya yang besar, ia mencoba berjalan dengan tenang. Setelah menghilang ke dalam hutan, segera dia sudah terlihat kembali, berlari kencang menuju rumah. Aku tidak terlalu perduli, rasanya ia sudah selesai dan aku meneruskan kegiatanku. Tetapi, sesaat aku kembali melihat Billy, seperti tadi lagi langkahnya tetap tenang.

Hampir satu jam dia melakukan hal itu terus menerus. Akhirnya aku tidak tahan lagi, langsung keluar mencoba untuk mengikutinya (tapi berusaha untuk tidak diketahui... rasanya dia tak mau ibunya tahu apa yang sedang dikerjakannya) .

Dia berjalan dengan tangan yang sedang menangkup air, mencoba untuk tidak menumpahkan satu tetespun Air ditangannya yang kecil itu paling hanya sebanyak 1 atau 3 sendok makan. Aku mencoba lebih mendekat saat dia sedang berjalan menuju hutan. Ranting-ranting pohon dan duri mengenai wajah kecilnya, tapi dia sama sekali tidak mencoba untuk menghindar. Dia lebih memusatkan perhatiannya kepada tugas yang sedang dia kerjakan.

Ketika aku sedang mengawasinya, disaat itulah aku melihat pemandangan yang sangat luar biasa. Beberapa rusa besar bermunculan dihadapannya. Billy berjalan tepat ke arah mereka. Hampir aku berteriak untuk menyuruhnya menjauh. Seekor rusa jantan besar dengan tanduknya yang indah datang mendekat. Tapi rusa itu tidak melakukan apa-apa, bahkan ketika Billy duduk berlutut. Dan aku melihat seekor anak rusa kecil tergelak di tanah dan jelas sekali sedang menderita dehidrasi dan keletihan yang amat sangat. Aku melihat anak rusa itu dengan usaha yang keras mencoba mengangkat kepalanya untuk bisa menjilat air dari tangan kecil anakku. Demikian Billy melakukannya.

Ketika airnya habis, segera Billy berdiri, kembali berlari ke rumah, berjalan menuju keran yang telah kami tutup. Billy membukanya dan aliran air yang sangat kecil meluncur turun. Dia menadahkan tangannya sambil berjongkok, menunggu air yang mengalir sangat lambat itu memenuhi tangannya dan sinar matahari yang panas menyinari punggungnya.

Butuh waktu kira-kira 2 menit untuk air itu bisa memenuhi tangan kecilnya. Setelah penuh dia berdiri dan kembali ke hutan, disaat itulah dia baru menyadari bahwa aku telah berada di hadapannya. Dengan air mata yang hampir mengalir dia berkata, "aku nggak sedang buang-buang air," katanya.

Akhirnya aku menemaninya. ..kali ini dengan membawa mangkuk kecil yang sudah berisi air. Aku menunggu di kejauhan, membiarkannya memberi minum anak rusa itu. Itu pekerjaannya. Aku berdiri di pinggir hutan sambil memandangi sebuah hati yang luar biasa indah, dengan usaha yang besar sedang berusaha untuk menyelamatkan sebuah kehidupan lain.

Ketika air mata membasahi wajahku, tiba-tiba aku merasakan ada tetesan air yang lain menimpa wajahku, lagi, lagi dan lebih banyak lagi. Aku memandang ke langit dan bisa merasakan bahwa Allah pun turut menangis dengan bahagia.

Mungkin ada yang mengatakan bahwa itu hanyalah kebetulan. Bahwa mujizat itu tidak ada. Bahwa kebetulan saja hujan memang harus turun. Aku tidak dapat mendebatnya. .. dan tidak ingin melakukannya. Yang ingin aku katakan hanyalah bahwa hujan hari itu sungguh-sungguh telah menyelamatkan pertanian kami, seperti yang telah dilakukan seorang anak laki-laki kecil yang telah menyelamatkan nyawa makhluk lain.
sumber: anonym
Salam Memberi,
Ferdy D.Savio


Grab this Widget ~ Blogger Accessories